“Jika segala rupa perlawanan yang lain sudah tertutup, maka seni sastra selalu siap menyediakan sebuah bentuk perlawanan yang lain, yaitu pertarungan simbolik. Di situlah letak nilai syair ini, sebuah singularitas sastra Jawa di tengah sastra dunia dewasa ini.”
Kitab Syair Tambangraras ini diterjemahkan dan disadur dalam Bahasa Indonesia oleh Tim Alocita Yogyakarta (1997-1998) dari Serat Centhini, Penerbit Yayasan Centhini (1986), yang dilatinkan dari huruf Jawa oleh H. Karkono Partokusumo sejak tahun 1974 melalui UP Indonesia berdasarkan naskah induk Serat Centhini koleksi Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Ditjen Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Yogyakarta.
Suair Tambangraras dikerjakan sejak tahun 1977 oleh sebuah kelompok kerja di lingkungan Yayasan Alocita, Yogyakarta, yang terdiri dari Sangidu (mengurusi bagian naskah dari unsur bahasa Arab), Luwiyanto (untuk bagian naskah dari unsur bahasa Jawa), dan Dorothea Rosa H. yang menggubah sekar menjadi syair.